:::: MENU ::::
  • Filosofi Tea

  • Diri Baru di Tahun yang baru (Sebuah refleksi akhir tahun)

  • Harga Diri, depresi hingga akhiri hidup dengan bunuh diri

Selasa, 25 September 2012




Ø  Struktur Kepribadian Tokoh Berdasarkan Psikoanalisis

1.      Habibie

-          Id

·         Ceplas – ceplos, hal 2-3

“Saya tidak menyangka beretemu dengan Ainun dan tampaknya demikian pula Ainun. Reaksi spontan saya : Ainun, kamu cantik, dari gula jawa menjadi gula pasir!”

“Terkenang tujuh tahun yang lalu ketika Ainun sedang duduk bersama beberapa wanita dari kelasnya menikmati sarapan pagi bersama, tiba-tiba saya dattang mengucapkan kepada Ainun: Mengapa kamu begitu hitam dan gemuk?”

·         Tidak sabaran, hal 2 paragraf 2

“Hampir setengah jam saya menunggu, Fanny tidak kunjung datang. Dalam keadaan tidak menentu itu, saya keluar dari mobil dan mengetuk pintu sambil berucap Hallo, Hallo, Hallo. Namun tidak ada yang bereaksi. Saya lalu memberanikan diri masuk ke dalam rumah.”

·         Romantis, hal 20 paragraf 3

“Saya menjawab : Senyuman manis dan pandangan matamu yang selalu memukau dan merindu”



-          Ego

·         Sederhana, hal 11, paragraf 6

“Pakaian sehari-hari saya celana biru, jeans, kemeja biasa dengan penampilan tidak menyolok.”

Hal 17, paragraf 2

“Di Aachen saya tinggal di Jalan Preubweg no 123, sebuah apartemen kecil terdiri dari kamar tidur, kamar tamu, dapur kecil dan kamar mandi..”

Hal 20

“Saya kembali larut malam dan kadang-kadang berjalan kaki karena tidak ada bus lagi atau harus menghemat. Untuk mepersingkat waktu, saya berjalan melalui kuburan. Jikalau hujan dan dingin saya berjalan dengan payung, mantel dan sepatu yang diberi alas kerts sebagai alas kaki yang dapat membantu isolasi.”

·         Pekerja keras, hal 17 paragraf 2

“Saya bekerja sebagai assistennya selain sebagai peneliti.”

Hal 24, paragraf 1

“Dalam tiga bulan pertama saya bekerja di Talbot, saya hampir tidak ada waktu untuk tidur. Banyak pengetahuan dan pandangan baru yang saya harus mengerti dan perhatikan.”

Hal 26, paragraf 3

“Bersama satu Tim Insinyur perusahaan Talbot yang diperbantukan pada saya, kami merekayasa, membuat prototipe Gerbong Ruang Luas yang dites di Balai Percobaan dan Penelitian Perusahaan KA Jerman Deutsche Bundesbahn di kota Miden.”

Hal 33, paragraf 1

“Dengan semangat, motivasi dan diilhami oleh Ainun, produktivitas kerja saya meningkat dan semua berjalan lancar.”

·         Mandiri, hal 14 paragraf 4

“Perubahan yang sangat berdampak adalah pertama : ketika saya berusia 6 tahun harus pindah ke kota lain untuk masuk sekolah yang lebih unggul. Kedua; pada tahun 1950 dalam usia 14 tahun setelah 40 hari Ayah kandung saya Alwi Abdul Djalil Habibie meninggal dunia, saya harus berlayar dengan kapal laut seorang diri dari Makassar ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Ketiga, hanya 5 tahun kemudian dengan usia 19 tahun ditugaskan seorang diri pula naik pesawat terbang ke Jerman untuk meneruskan sekolah ke pendidikan tinggi.”

·         Tegas, hal 150, paragraf 4-5

“Saya tidak membenarkan untuk memulai mencari titik-titik antagonis yang berlawanan. Jika kita memulai dengan mendiskusikan perbedaan tersebut, maka umat islam tidak pernah akan bersatu. Selalu akan ribut.” “Oleh karena itu , saya berani mengambil kesimpulan untuk memimpin dan selalu berpegang pada filsafat dasar tersebut.”

-          Superego

·         Cerdas dan agamis (pandai memilih kata), hal 6 paragraf 3

“Terimakasih atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian katakan, Ainun Insya Allah akan menjadi isteri saya dan saya menjadi suami Ainun. Lihat saja nanti!”

·         Religius, hal 5 dan 6, paragraf 4

“Sebelum malam takbiran itu diakhiri, saya sempat mengajak Ainun untuk bertemu besok setelah sholat Maghrib”.

Hal 10-11

“Kami berkeyakinan bahwa untuk cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi kami, Allah SWT selalu mendampingi kami dalam perjalanan membangun keluarga sakinah.”

Hal 283, paragraf 3

“Untung ada Tuhan. Untung saya percaya dan yakin ada Allah SWT. Untung saya mampu memanjatkan doa dengan bahasa getaran nurani penuh dengan keyakinan akan didengar Allah SWT. Untung ada agama. Untung saya dan Ainun sangat religius. Kalau tidak mungkin susah kami atasi ini semua.”

Hal 290, paragraf 1

“Saya yakin Allah SWT hanya mengerti bahasa nurani yang tulus.”

Hal 292, paragraf 2

“Hari Rabu tanggal 19 Mei 2010 pukul 00.15, ketika saya sedang melaksanakan sholat tahajud untuk Ainun, dokter dari ICCU menelpon menyampaikan bahwa Ainun segera harus dioperasi untuk ke- 12 kalinya. Saya berjalan cepat ke ICCU dan terus menerus memanjatkan doa untuk Ainun.”

·         Berbakti pada orang tua, hal 11 paragraf 1

“Karena Ayah saya sudah meninggal pada tahun 1950, ketika beliau sedang memimpin shalat isya di atas sajadah, tiba-tiba mendapat serangan jantung, 12 tahun yang lalu, maka saya harus nyekar ke makamnya di Makassar.”

Hal 14, paragraf 1

“Setelah acara pernikahan selesai, kami menyekar ke makam ayah kandung saya di Makassar.”



2.      Ainun

-          Id

·         Perhatian, hal 23, paragraf 2

“Yang diperhatikan Ainun adalah semua yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan saya.”

Hal  26, paragraf 1

“Saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan rumah.”



-          Ego

·         Pandai, hal 3, paragraf 2

“Sehabis SMA kami jalan sendiri-sendiri. Dia ke Jerman belajar menjadi insinyur, saya ke jakarta masuk Fakultas Kedokteran UI.”

“Tahun 1961 saya lulus, lalu bekerja di bagian Kedokteran Anak FKUI.”

Hal 4, paragraf 4

“Perilaku saya pada waktu itu, mungkin disebabkan karena Ainun yang adik kelas saya mendapat perhatian khusus dari guru ilmu pasti kamu Bapak Gow Keh Hong, karena keunggulannya dalam bidang ilmu pasti dan demikian pula halnya dengan saya.”

·         Disiplin dan Mandiri, hal 26, paragraf 1

“Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik, mengatur menu murah tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman.”

·         Selalu berusaha untuk hidup hemat, hal 19, paragraf 1

“Untuk menghemat, sejauh mungkin semuanya sikerjakan sendiri: Mulailah saya belajar sendiri menjahit...”



-          Superego

·         Religius

Hal 177, paragraf 2

Mengenal Ainun yang sangat religius dan tiap hari membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, saya yakin bibirnya bergetar karena memanjatkan doa ketika mendengar ucapan saya itu. Tiap saat kami berdua selalu memanjatkan doa sesuai irama keberadaan kami.




Ø  Dinamika Tokoh Berdasarkan Psikoanalisis

1.      Saat Ainun mengalami masa-masa sulit untuk memenuhi kebutuhan finansial di Jerman, dia menggunakan salah satu defence mechanism pemindahan/reaksi kompromi Freud yakni kompensasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam buku yang ditulis Ainun seperti berikut :“Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik, mengatur menu murah tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. saya belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan dirumah.”

2.      Habibie dilecehkan beberapa temannya saat beliau mulai mendekati Ainun. Bahkan setelah menikah pun, banyak teman sejawat Ainun (dokter) yang memandang Habibie dengan sebelah mata. Pada saat mengalami kejadian tersebut, Habibie menggunakan salah satu defense mechanism intelektualisasi Freud yakni sweet-lemon rationalization. Dapat dilihat dari perkataan Habibie seperti berikut “Terimakasih atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk ainun, maka apapun yang kalian katakan, Ainun insya Allah akan menjadi istri saya dan saya menjadi suami Ainun. Lihat saja nanti!”

3.      Saat detik-detik reformasi pembangunan, ada pasukan yang tidak dikenal disekitar kediaman Pak Habibie. Hal tersebut membuat Pak Habibie dan keluarganya mulai kehilangan ketentraman. Dalam menghadapi hal tersebut, Pak habibie menggunakan salah satu defense mechanism intelektualisasi Freud yakni sour-grape rationalization. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Pak Habibie dalam bukunya “Berulang kembali pertanyaan pada diri saya lagi, mengapa untuk kepentingan keamanan, seluruh keluarga saya harus berkumpul dalam satu tempat? Apakah tidak lebih aman jikalau keluarga saya masih tetap ditempatnya masing-masing? Saya mulai berfantasi, saya teringat nasib keluarga Tsar Romanov dari Rusia yang semuanya dibunuh dalam satu tempat dalam revolusi kaum Bolshevik”.

4.      Habibie melihat fenomena bahwa semangat patriotisme, nasionalisme anak-anak muda di Indonesia masih menyala-nyala dan bekobar-kobar. Sedangkan Habibie pada saat itu justru sedang belajar di luar negeri. Selain itu, dia tidak puas dengan seminar yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Indonesianya di Jerman yang tidak fokus dan tidak akan mengakselerasi tindakan nyata bagi pengabdian mereka kelak jika kembali ke tanah air. Untuk menghadapi keadaan tersebut, beliau menggunakan salah satu defence mechanism Freud yakni pemindahan/reaksi kompromi, yakni subtitusi. Habibie mengadakan seminar pembangunan yang sesuai dengan gagasan beliau agar lebih terkooordinasi dan jadi panduan kelak pada pengabdian dan sumbangan mereka setelah kembali ketanah air.



Ø  Perkembangan Psikoseksual Tokoh Berdasarkan Psikoanalisis

1.      Tahap Laten

Habibi tidak mengekspresikan hasrat seksualnya secara langsung, energi seksualnya ia salurkan pada aktivitas-aktivitas seperti pergi ke sekolah dan menjalin hubungan pertemanan. Di sekolah Habibi mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja sama dengan teman sebaya.   

2.      Tahap Genital

-          Perkawinan

Malam takbiran adalah malam yang tidak pernah beliau lupakan, karena pada malam itu matanya beradu pandang dengan mata Ainun yang teduh dan menenangkan. Begitu terpesonanya Beliau hingga selang beberapa hari setelah pertemuan pertama itu Pak Habibi mengutarakan maksud hati untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Ainun. Pada bulan ketiga hubngan mereka, atas persetujuan keluarga besar Besari dan Habibi menikahlah Habibi dengan Ainun.

-          Keluarga

Rumah tangga Habibie dan Ainun sangat bahagia, harmonis, dan saling menyayangi. Habibie sangat mencintai Ainun begitu pula sebaliknya. Ainun selalu mendukung apapun yang akan dilakukan oleh Habibie. Ainun selalu setuju dengan semua keputusan yang akan diambil oleh Habibie. Mereka mempunyai 2 anak laki-laki yang bernama Ilham dan Thareq. Pada awal-awal Habibie dan Ainun pindah ke Jerman mereka tinggal di apartemen di pinggir kota yang sangat kecil, dengan 1 kamar tidur, kamar tamu, dapur kecil dan kamar mandi. Namun Habibie tidak lantas puas dengan keadaan keluarganya, maka mereka memutuskan untuk pindah ke apartemen yang berada di pinggiran kota dengan ukuran yang lebih besar. Habibie terus berusaha untuk memperbaiki keadaan finansial keluarganya, dia sebagai asisten pada institut konstruksi ringan di Universitas dan juga menyambi sebagai ahli kontruksi pada pabrik kereta api. karir Habibie terus menanjak dan keadaan finansial keluarganya semakin membaik. Dia juga bisa membangun sebuah rumah. Setelah pindah ke Indonesia karir Habibie juga terus meningkat dan menjadi salah satu orang penting yang ada di Indonesia. Ainun begitu perhatian terhadap Habibie, begitupula dengan Habibie. Saat Ainun sakitpun Habibie terus berada disamping Ainun, dan mengusahakan pengobatan yang terbaik buat Ainun.

-          Aktif dalam kegiatan organisasi

Ia memprakarsai sebuah seminar yang bertujuan membakar jiwa patriotisme dan meningkatkan rasa pengabdian pada Tanah air.

-          Menyiapkan karir

Setelah menikah dengan Ainun, Habibi memboyong Ainun ke jerman. Mereka berdua mulai kehidupan dari keluarga sederhana. Habibi hanya bekerja di Talbot dan menjadi asisten Dosen Teknik di Fakultasnya sembari menyelesaikan S2. Ainun sendiri memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga yang baik dengan menyiapkan segala keperluan suaminya dan mengerjakan pekerjaan rumah.  

-          Berorientasi sosial

Ainun tergabung dalam Balai Bina Kerta Raharja dimana beliau beserta kelompoknya terjun langsung membantu orang lain yang membutuhkan. Tugas utamanya adalah menampung tunawisma dan tunakarya, kemudian mengadakan pelatihan agar mereka siap ditransmigrasikan ke wilayah-wilayah baru di seluruh pelosok nusantara.

-          Realistik

Habibie berfikiran realistik saat dia tidak puas dengan seminar yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Indonesianya di Jerman yang tidak fokus dan tidak akan mengakselerasi tindakan nyata bagi pengabdian mereka kelak jika kembali ke tanah airmengadakan seminar pembangunan yang sesuai dengan gagasan beliau agar lebih terkooordinasi dan jadi panduan kelak pada pengabdian dan sumbangan mereka setelah kembali ketanah air

-          Altrusime

Meskipun AInun sakit keras, ia masih menyempatkan diri menulis email kepada beberapa pengurus lembaga yang dipimpinnya. Beliau menuliskan saran-saran perbaikan lembaganya, mulai dari manajer, pimpinan, bendahara, dan pembuatan gedung bogor.

0 komentar:

Posting Komentar

A call-to-action text Contact us