Ø Struktur Kepribadian
Tokoh Berdasarkan Psikoanalisis
1. Habibie
-
Id
·
Ceplas – ceplos, hal 2-3
“Saya tidak menyangka beretemu dengan
Ainun dan tampaknya demikian pula Ainun. Reaksi spontan saya : Ainun, kamu
cantik, dari gula jawa menjadi gula pasir!”
“Terkenang tujuh tahun yang lalu ketika
Ainun sedang duduk bersama beberapa wanita dari kelasnya menikmati sarapan pagi
bersama, tiba-tiba saya dattang mengucapkan kepada Ainun: Mengapa kamu begitu
hitam dan gemuk?”
·
Tidak sabaran, hal 2
paragraf 2
“Hampir setengah jam saya menunggu, Fanny
tidak kunjung datang. Dalam keadaan tidak menentu itu, saya keluar dari mobil
dan mengetuk pintu sambil berucap Hallo, Hallo, Hallo. Namun tidak ada yang
bereaksi. Saya lalu memberanikan diri masuk ke dalam rumah.”
·
Romantis, hal 20 paragraf
3
“Saya menjawab : Senyuman manis dan
pandangan matamu yang selalu memukau dan merindu”
-
Ego
·
Sederhana, hal 11,
paragraf 6
“Pakaian sehari-hari saya celana biru,
jeans, kemeja biasa dengan penampilan tidak menyolok.”
Hal 17, paragraf 2
“Di Aachen saya tinggal di Jalan Preubweg
no 123, sebuah apartemen kecil terdiri dari kamar tidur, kamar tamu, dapur
kecil dan kamar mandi..”
Hal 20
“Saya kembali larut malam dan
kadang-kadang berjalan kaki karena tidak ada bus lagi atau harus menghemat.
Untuk mepersingkat waktu, saya berjalan melalui kuburan. Jikalau hujan dan
dingin saya berjalan dengan payung, mantel dan sepatu yang diberi alas kerts
sebagai alas kaki yang dapat membantu isolasi.”
·
Pekerja keras, hal 17
paragraf 2
“Saya bekerja sebagai assistennya selain
sebagai peneliti.”
Hal 24, paragraf 1
“Dalam tiga bulan pertama saya bekerja di
Talbot, saya hampir tidak ada waktu untuk tidur. Banyak pengetahuan dan
pandangan baru yang saya harus mengerti dan perhatikan.”
Hal 26, paragraf 3
“Bersama satu Tim Insinyur perusahaan
Talbot yang diperbantukan pada saya, kami merekayasa, membuat prototipe Gerbong
Ruang Luas yang dites di Balai Percobaan dan Penelitian Perusahaan KA Jerman Deutsche Bundesbahn di kota Miden.”
Hal 33, paragraf 1
“Dengan semangat, motivasi dan diilhami
oleh Ainun, produktivitas kerja saya meningkat dan semua berjalan lancar.”
·
Mandiri, hal 14 paragraf
4
“Perubahan yang sangat berdampak adalah pertama : ketika saya berusia 6 tahun
harus pindah ke kota lain untuk masuk sekolah yang lebih unggul. Kedua; pada tahun 1950 dalam usia 14
tahun setelah 40 hari Ayah kandung saya Alwi Abdul Djalil Habibie meninggal
dunia, saya harus berlayar dengan kapal laut seorang diri dari Makassar ke
Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Ketiga,
hanya 5 tahun kemudian dengan usia 19 tahun ditugaskan seorang diri pula
naik pesawat terbang ke Jerman untuk meneruskan sekolah ke pendidikan tinggi.”
·
Tegas, hal 150, paragraf
4-5
“Saya tidak membenarkan untuk memulai
mencari titik-titik antagonis yang berlawanan. Jika kita memulai dengan
mendiskusikan perbedaan tersebut, maka umat islam tidak pernah akan bersatu.
Selalu akan ribut.” “Oleh karena itu , saya berani mengambil kesimpulan untuk
memimpin dan selalu berpegang pada filsafat dasar tersebut.”
-
Superego
·
Cerdas dan agamis (pandai
memilih kata), hal 6 paragraf 3
“Terimakasih atas pandangan dan pendapat
kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau
memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya untuk Ainun, maka apapun kalian
katakan, Ainun Insya Allah akan menjadi isteri saya dan saya menjadi suami Ainun.
Lihat saja nanti!”
·
Religius, hal 5 dan 6,
paragraf 4
“Sebelum malam takbiran itu diakhiri, saya
sempat mengajak Ainun untuk bertemu besok setelah sholat Maghrib”.
Hal 10-11
“Kami berkeyakinan bahwa untuk cinta yang
murni, suci, sejati, sempurna dan abadi kami, Allah SWT selalu mendampingi kami
dalam perjalanan membangun keluarga sakinah.”
Hal 283, paragraf 3
“Untung ada Tuhan. Untung saya percaya dan
yakin ada Allah SWT. Untung saya mampu memanjatkan doa dengan bahasa getaran nurani penuh dengan keyakinan
akan didengar Allah SWT. Untung ada agama. Untung saya dan Ainun sangat
religius. Kalau tidak mungkin susah kami atasi ini semua.”
Hal 290, paragraf 1
“Saya yakin Allah SWT hanya mengerti
bahasa nurani yang tulus.”
Hal 292, paragraf 2
“Hari Rabu tanggal 19 Mei 2010 pukul
00.15, ketika saya sedang melaksanakan sholat tahajud untuk Ainun, dokter dari
ICCU menelpon menyampaikan bahwa Ainun segera harus dioperasi untuk ke- 12
kalinya. Saya berjalan cepat ke ICCU dan terus menerus memanjatkan doa untuk Ainun.”
·
Berbakti pada orang tua,
hal 11 paragraf 1
“Karena Ayah saya sudah meninggal pada
tahun 1950, ketika beliau sedang memimpin shalat isya di atas sajadah,
tiba-tiba mendapat serangan jantung, 12 tahun yang lalu, maka saya harus nyekar
ke makamnya di Makassar.”
Hal 14, paragraf 1
“Setelah acara pernikahan selesai, kami
menyekar ke makam ayah kandung saya di Makassar.”
2. Ainun
-
Id
·
Perhatian, hal 23,
paragraf 2
“Yang diperhatikan Ainun adalah semua yang
berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kesehatan saya.”
Hal
26, paragraf 1
“Saya belajar tidak mengganggu
konsentrasinya dengan persoalan-persoalan rumah.”
-
Ego
·
Pandai, hal 3, paragraf 2
“Sehabis SMA kami jalan sendiri-sendiri.
Dia ke Jerman belajar menjadi insinyur, saya ke jakarta masuk Fakultas
Kedokteran UI.”
“Tahun 1961 saya lulus, lalu bekerja di
bagian Kedokteran Anak FKUI.”
Hal 4, paragraf 4
“Perilaku saya pada waktu
itu, mungkin disebabkan karena Ainun yang adik kelas saya mendapat perhatian
khusus dari guru ilmu pasti kamu Bapak Gow Keh Hong, karena keunggulannya dalam
bidang ilmu pasti dan demikian pula halnya dengan saya.”
·
Disiplin dan Mandiri, hal
26, paragraf 1
“Saya belajar menggunakan waktu secara
maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik, mengatur menu murah
tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif
dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman.”
·
Selalu berusaha untuk
hidup hemat, hal 19, paragraf 1
“Untuk menghemat, sejauh mungkin semuanya
sikerjakan sendiri: Mulailah saya belajar sendiri menjahit...”
-
Superego
·
Religius
Hal 177, paragraf 2
Mengenal Ainun yang sangat religius dan
tiap hari membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, saya yakin bibirnya bergetar karena
memanjatkan doa ketika mendengar ucapan saya itu. Tiap saat kami berdua selalu
memanjatkan doa sesuai irama keberadaan kami.
Ø
Dinamika Tokoh Berdasarkan Psikoanalisis
1.
Saat
Ainun mengalami masa-masa sulit untuk memenuhi kebutuhan finansial di Jerman, dia
menggunakan salah satu defence mechanism pemindahan/reaksi kompromi Freud
yakni kompensasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam buku yang ditulis
Ainun seperti berikut :“Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga
semuanya dapat terselesaikan dengan baik, mengatur menu murah tapi sehat,
membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak,
menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman; pendeknya semuanya harus
dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. saya
belajar tidak mengganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan dirumah.”
2.
Habibie
dilecehkan beberapa temannya saat beliau mulai mendekati Ainun. Bahkan setelah
menikah pun, banyak teman sejawat Ainun (dokter) yang memandang Habibie dengan
sebelah mata. Pada saat mengalami kejadian tersebut, Habibie menggunakan salah
satu defense mechanism intelektualisasi Freud yakni sweet-lemon
rationalization. Dapat dilihat dari perkataan Habibie seperti berikut “Terimakasih
atas pandangan dan pendapat kalian. Saya percaya bahwa takdir seseorang
ditentukan oleh Allah SWT. Jikalau memang Ainun ditakdirkan untuk saya dan saya
untuk ainun, maka apapun yang kalian katakan, Ainun insya Allah akan menjadi
istri saya dan saya menjadi suami Ainun. Lihat saja nanti!”
3.
Saat
detik-detik reformasi pembangunan, ada pasukan yang tidak dikenal disekitar
kediaman Pak Habibie. Hal tersebut membuat Pak Habibie dan keluarganya mulai
kehilangan ketentraman. Dalam menghadapi hal tersebut, Pak habibie menggunakan
salah satu defense mechanism intelektualisasi Freud yakni sour-grape
rationalization. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan Pak Habibie
dalam bukunya “Berulang kembali pertanyaan pada diri saya lagi, mengapa untuk
kepentingan keamanan, seluruh keluarga saya harus berkumpul dalam satu tempat?
Apakah tidak lebih aman jikalau keluarga saya masih tetap ditempatnya
masing-masing? Saya mulai berfantasi, saya teringat nasib keluarga Tsar Romanov
dari Rusia yang semuanya dibunuh dalam satu tempat dalam revolusi kaum
Bolshevik”.
4.
Habibie
melihat fenomena bahwa semangat patriotisme, nasionalisme anak-anak muda di
Indonesia masih menyala-nyala dan bekobar-kobar. Sedangkan Habibie pada saat
itu justru sedang belajar di luar negeri. Selain itu, dia tidak puas dengan
seminar yang diselenggarakan oleh kawan-kawan Indonesianya di Jerman yang tidak
fokus dan tidak akan mengakselerasi tindakan nyata bagi pengabdian mereka kelak
jika kembali ke tanah air. Untuk menghadapi keadaan tersebut, beliau menggunakan
salah satu defence mechanism Freud yakni pemindahan/reaksi kompromi, yakni subtitusi.
Habibie mengadakan seminar pembangunan yang sesuai dengan gagasan beliau agar
lebih terkooordinasi dan jadi panduan kelak pada pengabdian dan sumbangan
mereka setelah kembali ketanah air.
Ø
Perkembangan Psikoseksual Tokoh Berdasarkan
Psikoanalisis
1.
Tahap
Laten
Habibi tidak
mengekspresikan hasrat seksualnya secara langsung, energi seksualnya ia
salurkan pada aktivitas-aktivitas seperti pergi ke sekolah dan menjalin
hubungan pertemanan. Di sekolah Habibi mengembangkan kebiasaan belajar dan
bekerja sama dengan teman sebaya.
2.
Tahap
Genital
-
Perkawinan
Malam takbiran adalah malam yang tidak pernah beliau lupakan, karena
pada malam itu matanya beradu pandang dengan mata Ainun yang teduh dan
menenangkan. Begitu terpesonanya Beliau hingga selang beberapa hari setelah
pertemuan pertama itu Pak Habibi mengutarakan maksud hati untuk menjalin
hubungan yang lebih dekat dengan Ainun. Pada bulan ketiga hubngan mereka, atas
persetujuan keluarga besar Besari dan Habibi menikahlah Habibi dengan Ainun.
-
Keluarga
Rumah tangga Habibie dan Ainun sangat bahagia, harmonis, dan saling
menyayangi. Habibie sangat mencintai Ainun begitu pula sebaliknya. Ainun selalu
mendukung apapun yang akan dilakukan oleh Habibie. Ainun selalu setuju dengan
semua keputusan yang akan diambil oleh Habibie. Mereka mempunyai 2 anak
laki-laki yang bernama Ilham dan Thareq. Pada awal-awal Habibie dan Ainun
pindah ke Jerman mereka tinggal di apartemen di pinggir kota yang sangat kecil,
dengan 1 kamar tidur, kamar tamu, dapur kecil dan kamar mandi. Namun Habibie
tidak lantas puas dengan keadaan keluarganya, maka mereka memutuskan untuk
pindah ke apartemen yang berada di pinggiran kota dengan ukuran yang lebih
besar. Habibie terus berusaha untuk memperbaiki keadaan finansial keluarganya,
dia sebagai asisten pada institut konstruksi ringan di Universitas dan juga
menyambi sebagai ahli kontruksi pada pabrik kereta api. karir Habibie terus
menanjak dan keadaan finansial keluarganya semakin membaik. Dia juga bisa
membangun sebuah rumah. Setelah pindah ke Indonesia karir Habibie juga terus
meningkat dan menjadi salah satu orang penting yang ada di Indonesia. Ainun
begitu perhatian terhadap Habibie, begitupula dengan Habibie. Saat Ainun
sakitpun Habibie terus berada disamping Ainun, dan mengusahakan pengobatan yang
terbaik buat Ainun.
-
Aktif
dalam kegiatan organisasi
Ia memprakarsai sebuah seminar yang bertujuan membakar jiwa patriotisme
dan meningkatkan rasa pengabdian pada Tanah air.
-
Menyiapkan
karir
Setelah menikah dengan Ainun, Habibi memboyong Ainun ke jerman. Mereka
berdua mulai kehidupan dari keluarga sederhana. Habibi hanya bekerja di Talbot
dan menjadi asisten Dosen Teknik di Fakultasnya sembari menyelesaikan S2. Ainun
sendiri memilih untuk menjadi Ibu rumah tangga yang baik dengan menyiapkan
segala keperluan suaminya dan mengerjakan pekerjaan rumah.
-
Berorientasi
sosial
Ainun tergabung dalam Balai Bina Kerta Raharja dimana beliau beserta
kelompoknya terjun langsung membantu orang lain yang membutuhkan. Tugas
utamanya adalah menampung tunawisma dan tunakarya, kemudian mengadakan
pelatihan agar mereka siap ditransmigrasikan ke wilayah-wilayah baru di seluruh
pelosok nusantara.
-
Realistik
Habibie berfikiran realistik saat dia tidak puas dengan seminar yang
diselenggarakan oleh kawan-kawan Indonesianya di Jerman yang tidak fokus dan
tidak akan mengakselerasi tindakan nyata bagi pengabdian mereka kelak jika
kembali ke tanah airmengadakan seminar pembangunan yang sesuai dengan gagasan
beliau agar lebih terkooordinasi dan jadi panduan kelak pada pengabdian dan
sumbangan mereka setelah kembali ketanah air
-
Altrusime
Meskipun AInun sakit keras, ia masih menyempatkan diri
menulis email kepada beberapa pengurus lembaga yang dipimpinnya. Beliau
menuliskan saran-saran perbaikan lembaganya, mulai dari manajer, pimpinan,
bendahara, dan pembuatan gedung bogor.
0 komentar:
Posting Komentar