Foto saya (Team Lentera 1) bersama Tim UB |
Berbekal sepeda motor pinjeman dari
teman, team lentera satu berangkat menuju medan lomba dengan kemantapan hati. Di
depan aula BAU UMM sudah menunggu team lentera dua dengan personil Kak Imron,
Kak Baqi dan Kak Janice. “Tak usah difikir”, kata salah seorang dari kami, “Bila
memang tidak menang setidaknya kita bisa mengenalkan FPPsi UM”. Senyum terulum
dari bibir kami masing-masing memahami bahwa kata tersebut adalah sebuah defense mechanism untuk mengatasi
kecemasan dan keraguan diri.
Dengan langkah penuh keberanian dan
berbekal sepenggal pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan kami mengikuti
lomba Psychobattle se-Malang Raya.
Lomba yang mendapat dukungan penuh dari lembaga Psikologi LISFA ini
menghadapkan kami pada 21 orang kawan sekaligus
lawan. Di awal lomba terdapat 7 team dari Universitas yang berbeda yang akan
bertanding secara sportif dalam 6 babak.
Babak 1 dan 2 adalah babak kerjasama
team dalam mengerjakan puluhan soal. Pengumuman kedua babak ini begitu
mencenganggkan. Lentera satu berada di posisi tiga terbawah sedangkan lentera
dua terpaksa harus tersisih. Dua babak selanjutnya adalah babak mengerjakan
soal secara bergantian tanpa kerjasama dalam team. Dalam mengikuti babak ini,
team lentera satu merasa inferiority
menyaksikan kepergian rekan seperjuangan meninggalkan medan lomba, ditambah
lagi mengingat posisi klasemen sementara team lentera satu yang berada di
peringkat bawah dibandingkan dengan team
lain dari UB dan UMM.
Pengumuman babak 3 dan 4 diadakan
esok hari. Kami hanya bisa diam dalam kebisuan masing-masing. Patah sudah
semangat juang menyisakan harapan adanya kebaikan hati sang Khalik meluluskan
kami ke tahap semi final. Masing-masing dari kami (saya, Asri maupun Bety) mencoba
mencairkan suasana dan saling memberi semangat. Finalnya, setelah negosiasi kami putuskan untuk menginap
di kosan Bety guna mengompakkan kerjasama team dan menaikkan kembai tensi
semangat kami yang mulai drop.
Minggu. 19 April 2012 adalah anugrah
bagi kami. Lentera yang awalnya disangsikan eksistensinya kini berpendar terang
dalam nyala yang memberi kehangatan. Sang Khalik benar berbaik hati meloloskan
kami ke dua babak terakhir. Babak ke-5 adalah babak spelling wanna be. Ini merupakan babak adu cepat dalam menjawab
pertanyaan yang dibacakan oleh Quist
Master (QM). Hasilnya tidak begitu mengecewakan sebab team lentera satu
paling unggul dengan perolehan skor 120 point mengejar ketertinggalan kami di
babak sebelumnya.
Ibarat pertarungan dua Universitas
ternama, babak grand final menghadirkan 1 team UM melawan 2 team UMM. Meski
demikian, lentera dalam hati kami yang semalam berpendar redup kini nyalanya
telah terang. Seterang kami dalam mempresentasikan analisis film Sybill berdasarkan teori psikologi Sigmund Freud. Beberapa pertanyaan dari
3 juri Psikolog handal dan team lawan melengkapi penjelasan analisis kami.
Juri berunding mengambil keputusan
pemenang pada babak terakhir. Dilanjutkan kemudian panitia meminta waktu
mengakumulasikan hasil cerdas cermat keilmuan psikologi yang berjalan dua hari
tersebut. Tiga besar finalis menanti sembari istirahat diliputi rasa penasaran
dan birama jantung yang berdegup cepat. Pukul 13.00 keluarkan pengumuman dengan
deretan juara sebagai berikut: Juara 1 diraih oleh team Lentera 1 dari UM, Juara
2 diraih oleh team Running Girl dari UMM, dan di posisi juara ketiga diraih
oleh team Achmad Dahlan dari UMM. Panitia juga menyiapkan 1 posisi tambahan
untuk juara favorit yag diberikan kepada team Sayang Mama dari UB.
Inilah dedikasi kami yang pertama untuk FPPsi UM yang baru saja berusia 2
bulan lewat 1 hari ketika lomba ini dilaksanakan. Kemenangan ini membuka jalan
bagi lentera dan puluhan nama yang lain untuk mengibarkan panji ungu milik
FPPsi UM diajang yang lain. Tak ada masalah nama Lentera dipinggirkan dan
diganti dengan nama yang lain. Namun, kata “Lentera” yang sekaligus adalah nama
club debat psikologi UM memiliki
sekuak sejarah yang akan selalu dikenang.
0 komentar:
Posting Komentar