Sebagian anggota team Outbond Kebencaan se-Jawa Timur |
Penat sudah kudengar senandung jam
Kelu… mataku melihat risaunya derap
langkah
Jauh
Tak
jua dekat
Laen waktu…
Gumpalan jiwa yang gersang
Tersamarkan dalam kebersamaan
Pelangi indah dengan kombinasi warna
Lenyap mengalir menyisir satu padu
Usai kumandang adzan dzuhur, dengan
semangat membara kami berangkat menuju medan pendidikan. 35 personil
diberangkatkan dengan 3 kendaraan dinas PMI Kota Malang. Sebuah ambulan ukuran
sedang, sebuah ambulan lagi dengan ukuran yang lebih besar dan sebuah truk mini
warma putih yang menutupi setengah badan kami. Dalam surat tugas yang kami
terima dari dinas Jawa Timur, pendidikan dijadwalkan selama 3 hari. Terhitung
mulai tanggal 24 April dan berahir pada 26 April 2012.
Pendidikan kali ini sangat istimewa
karena akan dihadiri oleh para relawan Jawa Timur, Biro Kesra Jawa Timur, Dinas
Sosial Provinsi, dan Basarnas. Pukul 13.00 rombongan kota malang tiba di Hoten
Surya Indah. Sesampainya disana kami disambut dengan jamuan makan siang ala
jawa. Nasi dengan lauk sayur kentang, kentang goreng, sambel kacang, sambel
tomat-trasi ditambah lagi krupuk yang senantiasa menggertakkan gigi. Untuk
menggiring aneka makanan tadi, pihak hotel menyediakan aqua gelas warna sunkist dan es selasih yang manis.
Kelelahan karena berdiri dan deraan
panas selama 30 menit tergantikan dengan Nikmatnya hidangan kala itu. Puas
sudah terasa. Kamipun check in di hotel dan mendapatkan 1 kunci kamar yang
rata-rata ditempati 4 orang. Dengan luas kamar yang demikian lebar terasa
berada di private room. 1 kamar
terdiri dari 4 kasur, media hiburan berupa TV, almari gantung, meja rias hingga
ac dalam kamar mandi. Jikalau takut mandi air dingin di kota Batu yang bercuaca
dingin, pihak hotel juga memfasilitasi mandi air hangat pada jam-jam tertentu.
Dibalkon kamar terbujur dua buah meja dan sebuah meja triplek.
Panorama indahnya gunung arjuna yang
membiru di kejauhan saat mentari enggan menyapa, atau eloknya gemerlap lampu
kota malang di pelataran bawah membuat kami terpesona dan enggan beranjak dari
balkon kamar.
Twilight,
kami melakukan koordinasi bersama mengenai kegiatan selanjutnya dan pembagian
kaos per kontingen. Peserta yang awalnya berasal dari sektor yang berbeda, yang
terdiri dari PMI Kota Malang, PMI Kota Batu, PMI Kabupaten Malang, TATGANA,
Search NU, dan Tim Rescue dilebur menjadi 6 kelompok secara acak. Bersama
kelompok inilah nantinya kami akan melakukan outbond kebencanaan keesokan
harinya. Dibelakang microfon dengan
suara khas Mr. Heri (PMI Kota Malang), beliau memberikan isntruksi pada kami
untuk membuat yel-yel kelompok dengan durasi 1,20 menit. Jiwa-jiwa tua para
relawan tak kalah dengan semangat para relawan muda. Dengan lantang para
peserta menyenandungkan yel-yel kelompok masing-masing.
Upacara pembukaan di laksanakan pada
pukul 19.00 usai jamuan makan malam. Acara sinergitas pra, saat kejadian, dan
pasca bencana dibuka oleh asisiten biro kesra jawa timur. Acara dilanjutkan
dengan diskusi panel mengenai peran BPBD, Biro Kesra dan Dinas Sosial dalam penangulangan bencana.
Acara ditutup dengan jawaban dari 3 pembicara.
Rampung upacara kami dipersilahkan
beristirahat dengan sebelumnya dibekali pengumuman kumpul mengikuti acara
outbond pagi keesokan harinya pukul 08.00 di lapangan tenis. Dingin angin malam
kota batu tak menyurutkan langkah kami untuk melihat mewahnya cahaya lampu di
Batu Night Spectakuler (BNS) yang berjarak 60 meter dari Hotel yang kami
tempati. Sempat pula malam itu kami berjalan menapaki aspal demi mencari sepaket
kartu remi untuk teman begadang.
Puas berada di luar, kami kembali ke
hotel tapi bukan untuk tidur. Hingga pukul 23.48 kami masih asyik bermain poker
di balkon dengan senjata sebuah spidol untuk mencoret yang kalah tiap putaran
permainannya. Riuh tawa kami dalam bermain membuat Mas Bayu datang dan
memperingatkan kami untuk tidak terlampau keras bersuara agar tak mengganggu
yang lain. Semakin malam semakin bertambah para pemainnya. Senang sekali
seperangkat kartu ini bisa mengakrabkan kami hingga tak ada gender diatara
kami.
Lelah bermain kartu kami masuk kamar
masing-masing untuk beristirahat. Mata belum mau terpejam jua, maka saya
memutuskan untuk melihat film “My Last
Love” bersama Wulan, Chatrina, dan Nisa. Ketika mata mulai akan terpejam,
terdengar riuh dari kamar sebelah menyemangati kadang juga mencaci para pemain
bola. Nampaknya cowok-cowok disamping sedang asyik menonton bola. Kami sekamar
berusaha tidak memperdulikan suara itu dan melanjutnya perjalanan kami ke pulai
impaian.
Pukul 05.00 kami bangun dan
melaksanakan sholat shubuh dilanjutkan dengan mandi. Pagi sekali Mas Outman
datang ke kamar dan pinjam gunting untuk membuka obat. Beliau mengajak
mengambil peralatan outbond,
sayangnya panitia lain tidak mengizinkan cewek untuk ikut membantu angkat-angkat
hingga Wulan dan Chatrina pun kembali ke kamar untuk bermalas-malasan.
Usai sarapan bersama dengan
teman-teman relawan dari UIN, kami
berjalan-jalan di lapangan melihat medan outbond. Melihat kami yang
berjalan-jalan belum tahu kemana, Pak Tono memanggil kami untuk mencoba frying-fox dan jembatan satu tali.
Chatrina yang belum berani menyebrang lewat tali, memilih memanjat castil
daripada harus menyebrangi jembatan tali untuk bermain frying-fox.
Dengan alunan lagu dangdut ayu
ting-ting dan kawan-kawannya, kami berkumpul di lapangan tenis bersama para
peserta lain. Menerima penjelasan singkat mengenai jalannya outbond
kebencanaan. Outbond kebencanaan terdiri dari water rescue, spidy-web,
evakuasi horizontal, shelter, formasi
bintang dan boom, frying-fox
serta yang terakhir rappling.
Di water rescue kami mendapat pengetahuan bagaimana cara menolong
korban yang akan tenggelam, korban tenggelam, bagaimana menyelamatkan diri dari
jangkauan korban, membalikkan perahu karet, naik ke perahu karet, bersembunyi
dari musuh atau berlindung dari petir, beristirahat di air, mendayung perahu
secara bersama. Di spidy-web kami
belajar bagaimana memanjat dengan tali, melompati haling rintang di ketinggian
tertentu, dan mengasah kekompakan dalam membantu teman untuk dapat naik tali.
Di outbond ini kami juga belajar bagaimana menjadi bilih yang bertugas mengulur
ataupun menarik tali pemanjat serta bertanggung jawab terhadap keselamatan
pemanjat.
Dalam evakuasi horizontal, kami
belajar cara mengevakuasi korban melewati lorong sempit, sungai, tebing, jalan
yang menanjak dan menurun serta evakuasi ke dan dari tandu. Di outbond shelter kami diharuskan untuk membangun
sebuah hunian untuk keluarga di tempat yang aman. Formasi bintang mengajarkan
pada kami bagaimana cara pemilihan lokasi aman tempat evakuasi dan di outbond boom kami diharuskan untuk membuat
strategi dalam menyelamatkan korban melewati 15 kotak tanpa menginjak boom yang diletakkan di kotak yang
ditentukan oleh panitia.
Usai berpikir keras menyusun strategi,
kami melanjutkan dengan bermain terbang menggantung dengan frying-fox. Wow… outbond
paling menantang dan membuat beberapa peserta mundur sebelum mencoba adalah outbond rappling. Peserta harus naik ke atap gedung lantai 3 dan turun ke
halaman dengan menggunakan tali rappling.
Benar-benar uji nyali yang menegangkan.
Lelah bermain-main bersama kami
makan siang di restoran lantai 2. Usai makan upacara penutupan dan dilanjutkan
dengan sesi foto-foto bersama. Tidak seperti yang dijadwalkan. Acara selesai
lebih cepat 1 setengah hari. Pukul 13.15 kami kembali pulang ke markas besar
PMI Kota Malang. Menyenangkan sekali mengenal para teman relawan. Tapi sangat
disayangkan sekali pertemuan kami teramat singkat. Sampai belum sempat
berkenalan dan meminta nomer telephone dari para peserta.
Kini
berada dalam langkah yang berbeda
Terpisah
dalamnya relung waktu dan tempat
Yang
tak dikenal…..
Aku
merindu akan kebersamaan
Melantun
tembang, mengulum senyum
Ramai
dalam kesatuan
Sendiri
karena terpisah
0 komentar:
Posting Komentar