Salah satu peninggalan sejarah di Jawa tengah adalah di kota Karanganyar, YaituCandi Cetho. Candi Cetho terletak di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Candi cetho sendiri berada di lereng gunung lawu dengan posisi 1497 mdpl. Candi ini berada di titik koordinat GPS: 7° 35′ 30.22″ S, +111° 9′ 19.87″ E .
doc. pribadi saat wisata keluarga |
Rute menuju ke candi cetho sendiri sangat mudah. Perjalanan bisa di mulai dari pusat kota solo menuju ke kota kabupaten karanganyar. Lalu ikuti saja petunjuk arah untuk menuju ke air terjun grojogan sewu. Tepat sebelum grojogan sewu terdapat papan arah menuju ke candi cetho. Nah tinggal ikuti saja jalan nya sampai menuju ke candi Cetho.
Sebelum sampai di candi cetho, para pengunjung akan di suguhkan dengan pemandangan perkebunan teh milik warga setempat. Jika cuaca cerah pengunjung akan melihat hamparan perkebunan teh yang hijau d seolah tidak ada batasnya.
Komplek candi sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar atau penduduk setempat sebagai tempat ziarah maupun tempat pemujaan. Candi Ceto dibuat pertama kali oleh Van de Vlies pada tahun 1842. Berdasarkan keadaannya saat reruntuhannya diteliti, candi ini diperkirakan sudah berusia tidak jauh berbeda dari Candi Sukuh, yang cukup berdekatan lokasinya.
Sekarang kompleks candi ceto, terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk candi bentar, terlihat dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan aras ketiga terdapat petilasan Ki Ageng Krincingwesi, leluhur masyarakat dusunceto.
Pada dinding kanan gapura terdapat inskripsi dengan aksara Jawa Kuno berbunyi Pelling Padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku. Tafsiran dari tulisan tersebut adalah fungsi candi untuk menyucikan diri (ruwat) dan peyebutan tahun pembuatan gapura, yaitu pada tahun 1397 Saka atau dalam Masehi 1475 Masehi. Diteras ketujuh terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, surya Majapahit. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia.
Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti mimi, katak, dan ketam. Pada aras ke delapan terdapat arca phallus ( disebut “kuntobimo”) disisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud Mahadewa. Pemujaan terhadap arca ini melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi. Dan yang terakhir adalah aras ke sembilan merupsembilan merupakan aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Disini terdapat bangunan Batu berbentuk kubus.
0 komentar:
Posting Komentar