:::: MENU ::::
  • Filosofi Tea

  • Diri Baru di Tahun yang baru (Sebuah refleksi akhir tahun)

  • Harga Diri, depresi hingga akhiri hidup dengan bunuh diri

Senin, 30 Agustus 2010




Penjual Tahu Dihajar Pesaing



Sumber : Koran Surya, Edisi Senin, 30 Agustus 2010


Ringkasan Artikel

·         Wawan Widiyantoro, 29 tahun, pada hari Minggu pagi (29/8) mendatangi Sentra Layanan Kepolisian Polresta Malang untuk melaporkan kasus penganiayaan yang dialaminya pada Minggu pagi di Jl. Musi, Kota Malang.

·         Wawan, warga Dusun Babat, Desa Srikaton, Kecamatan Pakis ini mengaku dipukuli oleh sesama penjual tahu keliling di daerah itu.

·         Sudah lima tahun Wawan berjualan tahun keliling di Jl. Musi dan sekitarnya. Suatu pagi, ia bertemu dengan seorang penjual tahu keliling yang sama-sama menjajakan dagangannya di kawasan Jl. Musi tersebut.

·         Pertemuan yang telah terjadi selama beberapa kali dengan penjual tahu keliling baru tersebut membuat Wawan merasa mendapat pesaing berat.

·         Merasa terlebih dahulu berdagang di kawasan tersebut, Wawan berusaha mengingatkan penjual tahu keliling yang baru itu untuk tidak berjualan dalam waktu yang sama.

·         Namun, bukan jawaban enak yang didengar oleh Wawan, melainkan beberapa bogem mentah di wajah dan tubuh justru diterimanya.

·         Karena merasa diperlakukan tidak semestinya, Wawan pun melapor polisi.


Analisa Artikel

Kasus di atas bermula dari pertemuan Wawan, penjual tahu keliling dengan seorang penjual tahu keliling baru yang sama-sama menjajakan dagangannya di kawasan Jl. Musi. Kejadian tersebut merupakan sebuah interaksi sosial. Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar (2006), Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.


Apabila dua orang bertemu, maka proses interaksi sosial terjadi. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, proses interaksi sosial telah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menimbulkan perubahan pikiran dan perasaan di antara mereka.


Setiap hari manusia melakukan interaksi dan proses sosial. Dalam pelaksanaannya, interaksi sosial atau proses sosial itu dapat bersifat positif maupun negatif. Proses sosial yang berjalan positif akan menghasilkan kerjasama dan integrasi sosial. Sebaliknya, proses sosial yang negatif akan menghasilkan konflik dan disintegrasi sosial. Seperti kasus di atas yang berawal dari suatu pertemuan tapi berubah menjadi sebuah persaingan karena mereka sama-sama berjualan tahu di kawasan yang sama dan dalam waktu yang sama pula.


Menurut Gillin,, proses sosial yang berjalan negatif (proses social disosiatif) akan menghasilkan konflik dan disintegrasi sosial. Bentuk-bentuk proses sosial disosiatif, yaitu persaingan, pertentangan, atau pertikaian yang berupa kontravensi dan konflik. Menurut Soekanto (2006), Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses social, dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.


Dari teori di atas, persaingan yang terjadi antara Wawan dan penjual tahu keliling yang baru adalah salah satu bentuk proses sosial disosiatif karena menghasilkan suatu persaingan.  Persaingan tersebut dikategorikan ke dalam bentuk persaingan ekonomi, dimana Wawan dan penjual tahu keliling baru saling berebut lahan untuk menjajakan dagangannya.


Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif atau mungkin pula bersifat disosiatif. Akibat-akibat yang disosiatif dapat menjadi pertentangan atau pertikaian. Menurut Soekanto (2006), Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses social dimana individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Dalam kasus di atas, penjual tahu keliling baru menghajar Wawan dikarenakan ingin menguasai lahan dagangan di kawasan itu.


Akar dari pertentangan tersebut disebabkan oleh perbedaan antara individu-individu. Dalam hal ini, perbedaan perasaan yang berwujud amarah dan iri hati, menyebabkan penjual tahu keliling batu itu terdorong untuk melukai dan menghajar pihak lawan (Wawan). Pertentangan tersebut termasuk bentuk pertentangan pribadi yang berujung pada perkelahian antara kedua belah pihak (Wawan dan penjual tahu keliling baru).


Karena merasa diperlakukan tidak semestinya, Wawan mengadukan penganiayaan yang dilakukan oleh penjual tahu keliling baru tersebut ke Polresta Malang untuk menyelesaikan kasus yang terjadi. Sehingga, hal tersebut termasuk dalam akomodasi sosial (accomodation) yang berarti proses meredakan suatu pertentangan untuk mencapai keadaan yang stabil. Akomodasi tersebut dapat dikategorikan ke dalam bentuk arbitrasi(arbitration), yaitu penyelesaian pertentangan atau konflik oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua pihak yang bertikai.

  

Menurut Soerjono Soekanto, terjadinya komunikasi sosial terjadi karena proses saling berhubungan antara dua pihak atau lebih dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan media atau alat tertentu, karena dalam proses komunikasi sosial itu terdapat unsur-unsur berikut:

1. Ada dua pihak yang terlibat dalam komunikasi. (dalam artikel, Wawan dan penjual tahu keliling baru)

2. Ada media atau alat yang digunakan dalam komunikasi.

(Wawan dan penjual tahu keliling baru melakukan komunikasi secara langsung)

3. Ada pesan atau persoalan yang dibahas bersama dalam komunikasi.

(Wawan berusaha mengingatkan penjual tahu keliling yang baru itu untuk tidak berjualan dalam waktu yang sama.)

4. Ada respon atau reaksi dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. (Penjual tahu keliling baru itu marah dan menghajar Wawan hingga babak belur.)


Komunikasi sosial yang dilakukan oleh dua pihak itulah yang memungkinkan terjadinya proses interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kehidupan masyarakat diwarnai oleh komunikasi sosial dan interaksi sosial. Tanpa komunikasi sosial, tidak mungkin suatu interaksi sosial dapat berlangsung. Proses interaksi sosial yang berjalan efektif akan menciptakan keteraturan dan dinamika sosial.

0 komentar:

Posting Komentar

A call-to-action text Contact us